LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum kimia Organik dengan judul “ Sintesis Asetinilida “ disusun oleh :
Nama : Abdul Rahman Arif
NIM : 60500110002
Kelompok : II
(Dua)
telah diperiksa
dan dikonsultasikan oleh koordinator asisten/asisten dan dinyatakan diterima.
Samata, November 2012
Koordinator
Asisten, Asisten,
( Andi Nur Fitriani Abubakar) ( Ummi Zahra)
NIM:
60500109002 NIM: 60500108019
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
( Asriani Ilyas
S.Si, M.Si )
Nip
: 19830330 200912 2004
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Senyawa
asetanilida merupakan bahan baku yang dapat menunjang industri kimia. Kebutuhan
akan senyawa ini semakin meningkat sehingga dilakukan berbagai cara dalam
memperoleh senyawa ini. Anilin merupakan senyawa kimia dengan rumus C5H6NH2
yang digunakan sebagai bahan dasar dalam sintesis asetanilada yang direaksikan
dengan asam asetat. Pada sintesis senyawa ini biasanya digunakan metode
pemanasan agar kedua senyawa dapat bereaksi sempurna. Mula – mula anilin bereaksi dengan asam asetat membentuk
suatu amida dalam keadaan transisi, kemudian diikuti dengan reduksi H2O
membentuk asetanilida.[1]
1
|
2
|
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah bagaimana cara mensintesis asetanilida ?
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mensintesis asetanilida.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Asam Karboksilat
Asam
karboksilat mempunyai gugus fungsi –COOH yang merupakan produk oksidasi
aldehida, sama seperti aldehida yang merupakan produk oksidasi alkohol primer.
Perubahan anggur menjadi cuka ialah oksidasi dua langkah yang dimulai dari
etanol berubah menjadi asetaldehida kemudian menjadi asam asetat. Dalam
industri, asam asetat dapat diproduksi melalui oksidasi udara dari
asetaldehida dengan katalis mangan
asetat pada suhu 55 sampai 800C.
O O
CH3C + ½ H2 Mn (CH3COO)2 CH3C
H OH
Reaksi
yang sekarang disukai untuk produksi asam asetat, karena alasan ekonomi ialah
kombinasi dari metanol dengan karbon monoksida keduanya diturunkan dari gas
alam dengan katalis yang mengandung rodium dan iodin.[3]
B. Amina
3
|
4
|
CH3C-OH
+ H –N(CH3)
CH3C-N(CH3)2 + H2O
Asetamida
Jika
amonia adalah reaktan, suka gugus –NH2 menggantikan gugus –OH dalam
asam karboksilat dan amida terbentuk:
O O
CH3C-OH
+ NH3 CH3C-NH2
+ H2O
Ikatan
amida ada dalam tulang punggung setiap molekul protein dan oleh karena itu,
sangat penting dalam biokimia.[4]
Semakin
banyak amina yang tersubsitusi oleh gugus alkil pelepas elektron, makin basa
amina tersebut. Gugus pelepas elektron dapat menstabilkan muatan positif ion
amonium yang digantikan . jadi trimetil amina merupakan basa yang lebih kuat
daripada amonia. Trimetil amina yaitu terdapat tiga gugus amina dalam suatu
senyawa. Secara umum amina aromatik merupakan basa ynag lebih lemah daripada
amonia akibat stabilitas resonansi yang dimiliki senyawa aromatik.[5]
C.
5
|
Refluks digunakan untuk melakukan
reaksi kimia dalam larutan yang memerlukan suhu tinggi diatas suhu kamar.
Pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut yang mudah menguap. Untuk
menjaga agar pelarut tidak hilang karena penguapan, maka diperlukan seperangkat
alat refluks. Alat refluks memungkinkan pelarut atau senyawa lain yang sedang
direaksikan akan kembali ke larutan karena proses pendinginan uap yang
ditimbulkan oleh pemanasan. Cara melakukan refluks adalah larutan yang akan
direfluks dimasukkan ke dalam labu alas bulat setelah itu labu alas bulat
dipasangkan dengan pendingin sedangkan dibawah diletakkan mantel pemanas.
Setelah itu pendingin air dialirkan secara kontinu sambil mantel pemanas
dihidupkan.[6]
D. Karbon Aktif
Karbon
aktif merupakan golongan karbon amorph yang diproduksi dari bahan dasar dengan
susunan senyawa mayoritas mengandung karbon. Karbon aktif dapat digunakan untuk
mengadsorbsi bahan yang berasal dari cairan maupun fasa gas. Daya adsobsi
tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Saat ini karbon
aktif banyak digunakan sebagai bahan penyaring, pengolahan limbah, pengolahan
air, dan lain-lain.[7]
Banyaknya
bentuk amorf, seperti arang adalah bentuk-bentuk Kristal mikro sesungguhnya
dari grafit. Sifat-sifat fisika dari bahan-bahan seperti ini terutama
ditentukan oleh sifat dan luas permukaannya. Bentuk-bentuk yang dipisahkan
dengan halus yang memberikan permukaan relatif luas dengan gaya tarik yang
sebagian jenuh, dengan mudah menyerap sejumlah besar gas dan terlarut zat dari
larutan. Karbon aktif yang dijenuhkan dengan palladium, platina atau
logam-logam lain, digunakan secara luas sebagai katalis di industri. Struktur
lapisan grafik yang longgar menyebabkan banyak molekul dan ion menembus
lapisan.[8]
6
|
E. Kristalisasi
Kristalisasi
merupakan pengkristalan kembali (rekristalisasi) melibatkan pemurnian suatu zat
padat dengan jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya
dengan pemanasan dan kemudian mendinginkan larutan, dengan memanaskan larutan,
pelarut akan menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat larutan
mendingin, larutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai mengendap.
Agar rekristalisasi berjalan baik, kotoran setidak-tidaknya harus larut dalam
pelarut untuk rekristalisasi atau mempunyai kelarutan lebih besar dari pada
senyawa yang dinginkan. Jika hal ini tidak terpenuhi, kotoran akan ikut
mengristal bersama senyawa yang dinginkan. Rekristalisasi yaitu suatu pemurnian
atau pencucian kembali kristal.[9]
F.
Rekristalisasi
Rekristalisasi digubakan untuk
memisahkan dua campuran senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada suhu yang
berbeda. Pertama, larutan dipanaskan terlebih dahulu sampai mendidih kemudian
larutan disaring dengan corong Buchner dalam keadaan panas. Kemudian filtrate
didinginkan sampai terbentuk endapan di dasar tabung atau erlenmeyer, setelah
terbentuk endapan maka endapan dapat dipisahkan dengan cara disaring
menggunakan kertas saring selanjutnya dapat dikeringkan menggunakan oven.[10]
G.
7
|
Dalam
gravimetri, endapan biasanya dikumpulkan dengan penyaringan cairan induknya
melalui kertas saring atau alat penyaring kaca masir. Kertas yang digunakan
dalam gravimetri terbuat dari selulosa yang sangat murni sehingga jika dibakar
hanya meninggalkan sisa abu sangat sedikit. Lazimnya kertas saring itu dibagi
atas tiga kelompok yakni kertas saring yang berpori besar, sedang dan kecil.
Pemilihan kertas saring itu tergantung pada sifat endapan yang akan disaring
tidak akan dipijar setelah penyaringan, tetapi hanya dikeringkan.[11]
H. Corong Buchner
Corong buchner adalah peralatan
laboratorium yang digunakan untuk proses penyaringan. Corong Buchner biasanya
terbuat dari bahan porselin akan tetapi ada juga yang terbuat dari bahan gelas
atau plastic. Corong Buchner memiliki alas dalam datar dan terdapat pori-pori.
Pada saat akan melakukan penyaringan maka pada permukaan alas dalam ini diberi
kertas saring yang sudah dipotong berbentuk bulat seperti alas tersebut. Agar
dapat menempel lekat pada alas maka setelah kertas saring diletakkan pada alas
dalam kemudian dibasahi dengan sedikit pelarut yang sama dengan larutan yang
disaring. Corong Buchner digunakan untuk menyaring dengan dipasangkan pada labu
penyaring dan pompa penghisap. Keuntungan menyaring dengan menggunakan corong
ini adalah dapat menyaring dengan lebih cepat jika dibandingkan dengan
penyaringan menggunakan corong gelas.[12]
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A. Waktu
dan Tempat
Hari / Tanggal
: Rabu / 5 Desember 2012
Pukul : 08.00 – 13.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Organik
Fak. Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar
B. Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah rangkaian alat destilasi, oven, pompa vakum, batu didih, penangas
listrik, labu alas bulat 500 mL, corong bucher, labu isap, gelas kimia 500 mL,
erlenmeyer 250 mL, gelas kimia 250 mL botol semprot, pengaduk dan batu didih.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah air suling (H2O), aluminium foil, anilin (C6H5NH2),
asam asetat glacial (CH3COOH), es batu, karbon aktif, kertas saring
dan tissue.
8
|
C.
9
|
Prosedur kerja dari percobaan ini
adalah:
1. Menyiapkan
labu alas bulat 500 mL yang dilengkapi dengan pendingin tegak.
2. Memasukkan
anilin 20 mL dan asam asetat glacial 20 mL.
3. Mendidihkan
campuran tersebut di atas asbes dan merevlux selama 2 jam dengan hati-hati.
4. Jika
pemanasan selesai, menuangkan isi labu alas bulat tersebut dalam keadaan panas
ke dalam gelas kimia yang berisi air dingin 500 mL lalu mengaduknya
terus-menerus.
5. Memisahkan
endapan kristal dengan penyaring vakum dan mencucinya dengan sedikit air.
6. Memisahkan
kristal ke dalam erlenmeyer, jika kristal masih kotor maka kristal
direkristalisasi dengan cara menambahkan air ke dalam erlenmeyer kemudian
memanaskan dengan hati-hati di atas asbes sampai melebur.
7. Menambahkan
sedikit karbon aktif lalu memanaskan beberapa menit kemudian menyaring dalam
keadaan panas dengan penyaring vakum.
8. Mencuci
filtrate dengan sedikit air dan mengeringkan.
9. Mengoven
filtrate pada suhu 600C untuk menghilangkan kadar air.
10. Menimbang
kristal yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dalam percobaan
ini adalah sebagai berikut:
1.
Tabel
Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Gambar
|
||
1.
|
Aniln + asam
asetat glacial + batu didih
|
|
||
2.
|
Proses refluks
anilin + asam asetat glacial
|
|
||
3.
|
Proses penuangan
larutan dari labu alas bulat ke dalam gelas kimia yang beriusi air dingin
|
|
||
4.
|
Pengadukan
larutan anilin + asam asetat + air dingin
|
|
||
5.
|
Proses
penyaringan larutan dengan menggunakan corong Buchner yang dilengkapi dengan
pompa vakum
|
|
||
6.
|
Proses pemanasan kristal
|
|
||
7.
|
Kristal
asetinilida
|
|
|
B.
12
|
1.
Reaksi
anilin dan asam asetat
C6H5NH2(l)
+ CH3COOH(l)
C6H5NHCOCH3(s) + H2O(l)
Anilin Asam asetat Asetanilida Air
O
O O OH
CH3-C-O-C-CH3 H+ CH3-C-O-C-CH3
NH2
|
O O
H O
O
CH3-C-O-C-CH3 CH3-C-O-C-CH3
H+-N-H H+-N-H
|
|
O O
CH3-C-OH +
C-CH3
NH
|
Asetanilida
2.
Reaksi
asetanilida + karbon aktif
O
O
2C2H5-NH2
+ CH3-C-O-CH-CH3 C6H2NH-C-CH3
+
O
CH3-C-O-C6H5NH3+
C.
13
|
Bobot kosong cawan penguap (A) =
47,2304 gram
Bobot cawan + kristal asetinilida
(B) =
51,6270 gram
Bobot kristal asetinilida (C) = (A) – (B)
= 47,2304 gram – 51,6270 gram
= 4,3966 gram
D.
Pembahasan
Tujuan dari
percobaan ini adalah melakukan sintesis asetinilida dengan menggunakan anilin
(C6H5NH2) dan asam asetat glacial (CH3COOH).
Asetanilida merupakan senyawa
turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana
satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida
berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut
dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Pada percobaan ini langkah awal yang
dilakukan yaitu dengan memasukkan larutan anilin dan larutan asam asetat
kedalam labu alas bulat, warna campuran kedua larutan tersebut pun menjadi
menjadi lebih pekat dari yang semula. Reaksi antara anilin dengan asam asetat
merupakan reaksi eksotermis karena reaksi ini menghasilkan panas sehingga panas
dilepas ke lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan labu alas bulat menjadi
panas. Penambahan
asam asetat glacial digunakan untuk mengkondisikan suasana asam karena pada
suasana asam ini dapat menghidrolisa senyawa turunan diasetil yang terbentuk
menjadi senyawa turunan monoasetil sehingga asam asetat glasial ini dapat
mencegah terjadinya reaksi samping senyawa turunan diasetil. Ditambahkan pula
batu didih yang berfungsi untuk mengeluarkan udara sedikit demi sedikit
sehingga menyebabkan pemanasan menjadi teratur dan mencegah terjadinya bumping.
Kemudian dilakukan refluks selama ±
2 jam dan campuran tersebut pun tidak mengalami perubahan sama sekali. Refluks sendiri dilakukan untuk pemanasan selama proses
reaksi berlangsung namun tetap menjaga kesetimbangan uap cair karena cairan
yang menguap akan mencair kembali dan seterusnya secara kontinu sehingga tidak
perlu dilakukan penambahan larutan untuk mereaksikan senyawa–senyawa tersebut.
14
|
Selanjutnya untuk memperoleh
asetanilida murni harus dilakukan dengan penambahan karbon aktif untuk
memperoleh asetanilida murni. Fungsi dari karbon aktif ini adalah untuk menyerap
zat warna dan pengotor-pengotor yang berukuran besar karena karbon aktif
memiliki pori-pori yang besar. Dengan penambahan karbon aktif ini diharapkan
diperoleh kristal yang lebih bersih dan murni daripada sebelumnya. Setelah
larutan mendidih, maka larutan disaring kembali menggunakan vakum pump dalam keadaan
panas/ dari hasil tersebut didapatkan kristal asetinilida seanyak 4,3966 gram
akan tetapi kristal yang didapatkan tidak sempurna karena ada beberapa
kesalahan dalam proses sintesis asetinilida ini. Kesalahan yang terjadi pada
percobaan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu waktu revlux yang tidak
maksimal dan pada saat rekristalisasi
dalam proses penyaringan, proses penyaringan tidak sempurna karena larutan
lebih tinggi daripada kertas saring sehingga larutan merembes disamping kertas
saring dan pengotor ikut masuk ke dalam Erlenmeyer vakum.
15
|
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah senyawa
asetanalida terbentuk melalui reaksi antara anilin dengan asam asetat
glacial melalui proses pemanasan sehingga membentuk kristal melalui proses
pendinginan secara cepat. Asetanalida yang diperoleh sebanyak 4, 3966 gram.
B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini
adalah sebaiknya untuk praktikum selanjutnya dilakukan uji penentuan titik
leleh pada asetinilida yang diperoleh.
16
|
DAFTAR PUSTAKA
Achamdi,
Suminar. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga, 1983
Albert,
F. Cotton. Kimia Anorganik Dasar.
Jakarta: UI-Press. 1989
Asetinilida.
http: //Wikipedia. org. (2 Desember
2012)
Bresnick,
Stephen. Kimia Organik. Jakarta:
Hipokrates, 2003
Hamzul,
Rivai. Kimia Analisis. Jakarta:
UI-Press, 1995
Prasetyo, Anton,
Ahmad Yudi, dan Rini Nafsiati Astuti. “Adsorpsi
Metilen Blue pada Karbon Aktif dari Ban Bekas dengan Variasi Konsentrasi NaCl
pada Suhu Pengaktifan 600 oC dan 650 oC,” 4, no. 1,
Oktober, 2011
Respati.
Pengantar Kimia Organik. Jakarta:
Aksara Baru, 1986
Oxtoby,
Gillis dan Nachtrieb. Prinsip-prinsip
Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 2003
[2]Ibid.
[3]Oxtoby, Gillis, dan Nachtrieb,
Prinsip-prinsip Kimia Modern,
(Jakarta: Erlangga,2003), h. 126-127.
[5] Stephen D. Bresnick, Intisari Kimia Organik, (Jakarta:
Hipokrates, 2003) h. 80.
[7]Anton Prasetryo, Ahmad
Yudi, dan Rini Nafsiati Astuti, “Adsorpsi
Metilen Blue pada Karbon Aktif dari Ban Bekas dengan Variasi Konsentrasi NaCL
pada Suhu Pengaktifan 600 oC dan 650 oC,” 4, no. 1
(Oktober, 2011)
[8]Cotton, F. Albert, Kimia Anorgaik Dasar, (Cet: 1, Jakarta:
UI-Press, 1989), h. 300-301.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar