Minggu, 03 Februari 2013

Laporan Vitamin C


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul “ Penentuan Vitamin C “ disusun oleh :
Nama        :      Abdul Rahman Arif
NIM          :     60500110002
Kelompok :     III (Tiga)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh koordinator asisten/asisten dan  dinyatakan diterima.

Samata,    Desember 2012
                                                                                                                
Koordinator Asisten,                                                                       Asisten,
                                                                                              

      ( Ismawanti )                                                                            ( Rina Dwismar )
Nim: 605001080002                                                                    Nim: 60500109019


Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab


( Maswati Baharuddin S.Si, M.Si )
                                           Nip : 19680216 199903 2001





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin ini dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon vitamin yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif.[1]
Dalam larutan air vitamin C mudah teroksidasi, terutama apabila dipanaskan. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada pengolahan, pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat interseluler dan kolagen. Vitamin ini tersebar ke seluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka dan matriks. Vitamin C berperan penting dalam hidroksilisin prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentukan kolagen tersebut.[2]
1
 Berdasarkan uraian di atas maka untuk memperdalam pengetahuan tentang vitamin maka dilakukanlah percobaan tentang penentuan vitamin C dengan menggunakan sampel minuman kemasan yang mengandung vitamin C.

B.   
2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1.  Bagaimana cara penentuan vitamin C pada sampel  minuman pulpy ?
2.  Berapa kadar vitamin C yang di dapat pada sampel minuman pulpy ?

C.    Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.    Menentukan vitamin C dengan cara titrasi iodium.
2.    Menghitung kadar vitamin C dari sampel minuman pulpy dengan cara titrasi iodium.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolism dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh, beberapa di antaranya masih dapat dibentuk dalam tubuh namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.[3]
Vitamin dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan pertama yang disebut dengan prakoenzim dan bersifaf larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh dan memberikan gejala penyakit tertentu atau yang disebut dengan hipervitaminosis yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut terpenuhi.[4]
3
Vitamin yang tergolong larut dalam air adalah vitamin C dan vitamin B kompleks. Vitamin C dapat terbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam          L-dehidroaskorbat, dimana keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam            L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan dan mudah dibuat secara sintesis dari gula dengan biaya yang sangat rendah.[5]
4
Ketika berfungsi sebagai donor ekivalen pereduksi asam askorbat dioksidasi menjadi sumber asam dehidroaskorbat yang juga dapat bertindak sebagai sumber vitamin. Asam askorbat merupakan agen pereduksi dengan potensial hydrogen sebesar +0,88 V sehingga menjadikannya mampu mereduksi senyawa-senyawa seperti oksigen molekuler, nitrat dan sitokrom.[6]
Pada level molekular, askorbat dan dehidroaskorbat mempunyai sifaf pereduksiseperti halnya vitamin E, dalam keadaan demikian vitamin tersebut mempunyai sifaf umum yang penting sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks potensial tubuh. Seperti halnya vitamin E fungsi askorbat adalah sebagai sumber reducing equivalent di seluruh tubuh tetapi hanya beberapa reaksi enzim sudah diperlihatkan secara khusus membutuhkan vitamin C seperti proses hidrolisasi yang menggunakan molekul oksigen dan sering mempunyai kofaktor besi dan tembaga. Dalam reaksi tersebut asam askorbat mempunyai peranan sebagai sumber elektron untuk mereduksi oksigen dan sebagai zat pelindung untuk memelihara status reduksi besi.[7]
5
Vitamin C tidak memiliki aktivitas koenzim. Makna biologisnya yang dimiliki berdasarkan pada sifafredoksnya. Fungsi fisiologis vitamin ini antara lain berperan di dalam kesehatan substansi matriks jaringan ikat serta epitel pembuluh darah, mekanisme imunitas bagi daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit dan toksin, penurunan kadar kolesterol dan diperlukan juga untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan  ke seluruh jaringan tubuh. Kelenjar adrenalin mengandung vitamin C sangat tinggi, pada umumnya tubuh menyimpan vitamin C sangat sedikit. Konsentrasi vitamin C dalam plasma darah sekitar 0,4 sampai 1,0 mg/100 mL dianggap sudah sangat baik. Bila konsentrasi sudah 1,0 mg maka member indikasi plasma darah sudah jenuh terhadap vitamin C dan kelebihan akan vitamin ini akan dibuang melalui urine.[8]
 Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama proses penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi serta dipengaruhi pula oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C pada makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim paling penting dalam golongan ini adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase dan peroksidase. Hanya asam askorbat oksidase yang terlihat reaksi langsung antara enzim, substrat dan oksigen molekul. Enzim lain mengoksidase vitamin secara tidak langsung. Kuinon bereaksi langsung dengan asam askorbat, sitokrom oksidase mengoksidasi sitokrom menjadi bentuk teroksidasinya dan senyawa ini bereaksi dengan asam L-askorbat. Peroksidase bergabung dengan senyawa fenol menggunakan hydrogen peroksida untuk melakukan oksidasi, enzim ini tidak bekerja dalam buah karena adanya pemisahan enzim dan substrat secara fisik.[9]
6
Penyakit atau gejala yang tampak disebabkan oleh defisiensi vitamin C adalah skorbut atau pendarahan gusi, mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, pembentukan tulang yang tidak normal pada bayi dan anak-anak serta kulit mudah mengelupas. Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau, buah-buahan akan tetapi rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar vitamin C dalam buah tersebut karena rasa asam disebabkan oleh asam-asam lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C dan pemanasan sayuran hendaknya dilakukan sebentar saja dengan mendidihkan air terlebih dahulu.[10]
Menurut Anna Poedjiadi (1974), vitamin C dapat hilang karena hal-hal sebagai berikut:
1.      Pemanasan sehingga menyebabkan rusaknya atau berbahayanya struktur.
2.      Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu.
3.      Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan.
4.      Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversibel.
7
Titrasi dilakukan untuk analisis kuantitatif, pada umumnya adalah analisis titrasi asam dan basa. Larutan standar diisikan pada buret yang sesuai dengan kebutuhan kemudian larutan sampel yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan dengan indikator pada larutan sampel sebanyak dua sampai tiga tetes menggunakan pipet tetes lalu erelenmeyer tersebut diletakkan di bawah ujung buret dan siap untuk dititrasi. Tangan kiri digunakan untuk memegang dan mengendalikan kran buret sementara tangan kanan digunakan untuk mengoyang-goyangkan erlenmeyer lalu ditambahkan sedikit demi sedikit larutan standar sampai terjadi perubahan warna pada larutan standar.[11]
Amilum adalah suatu polisakarida berwarna putih berupa butiran halus yang berasal dari tumbuhan dan merupakan campuran dari dua polimer yaitu amilosa dan amilopektin. Pati alam mengandung 10-20 % amilosa dan 80-90 % amilopektin, bila terhidrolisis akan berubah dengan membentuk dekstrin dan kemudian berakhir dengan menghasilkan glukosa. Struktur kimianya secara pasti belum diketahui namun diduga bahwa bagian luar dari butiran amilum sebagai amilosa sedangkan bagian dalam butirannya sebagai amilopektin.[12]
Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagent yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodine.[13]

BAB III
METODE PERCOBAAN

A.  Waktu dan Tempat
Hari / tanggal       : Senin / 17 Desember 2012
Pukul                    : 13.15 – 16.00 WITA
Tempat                 : Laboratorium Biokimia LT I Fak Sains dan Teknologi
                               Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

B.   Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah:
1.      Alat
Buret asam 100 mL, labu takar 100 mL, erlenmeyer 250 mL, gelas kimia 250 mL, labu ukur 10 mL, pipet volum 5 mL, corong, batang pengaduk, pipet skala, kertas saring, botol semprot, statik 
2.      Bahan
Amilum (C6H10O5)n 1 %, aquadest (H2O), iodium (I2) 0,01 N, sampel minuman pulpy orange dan tissue.

C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1.    Mengukur sampel minuman purply orange ke dalam labu takar 100 mL sebanyak 25 mL.
2.    Menyaring sampel minuman pulpy orange ke dalam labu ukur 10 mL dengan menggunakan corong hingga terpisah filtrat dan residunya.
3.   
8
Mengimpitkan filtrat yang diperoleh dengan aquadest hingga tanda batas.
4.   
9
Memipet 10 mL larutan filtrat kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL lalu menambahkan amilum (C6H10O5)n 1 % sebanyak 2 mL.
5.    Menitrasi dengan larutan iodium standar 0,01 N dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
6.    Melakukan perlakuan yang sama secara duplo.





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil dan Pengamatan
Warna sampel pulpy orange         : Kuning
Sampel setelah pengenceran        : kuning muda
Sampel + iodium 0,01 N              : Biru tua
Volume titran (I2) simplo             : 6 mL

B.   Analisa Data
Kadar vitamin C   =  volume x konstanta x faktor pengenceran  x  100 %
                                               Berat sampel
                                =  6 mL x 0,88 mg x 10  x 100 %
                                                      25 mL
                                    =  52,8 mg  x 100 %
                                            25
                                    =  2,112  x 100 %
                                    =  211,2 %
C. 

  Pembahasan
10

Percobaan ini bertujuan untuk menguji kadar vitamin C yang terdapat pada minuman kemasan yang mengandung vitamin C. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah teroksidasi, mudah larut dalam air dan mudah rusak pada temperatur tinggi. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah minuman purply orange yang menurut komposisi dari minuman tersebut mengandung sekitar 30 % vitamin C dalam 350 mL.
11
Hal yang pertama dilakukan adalah mengambil sampel minuman pulpy sebanyak 25 mL kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring, fungsi dari penyaringan yaitu untuk memisahkan filtrat dan residu yang ada pada sampel minuman purply orange tersebut lalu filtrat dari sampel tersebut di impitkan dengan aquadest hingga tanda batas . Kemudian memipet 10 mL larutan filtrat yang telah diimpitkan lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan amilum 1 %, dimana fungsi dari penambahan amilum ini adalah sebagai indikator pada proses titrasi. Setelah itu larutan tersebut dititrasi dengan titran iodium standar 0,01 N, berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap antara atom C nomor 2 dan atom C nomor 3.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil titrasi simplo pada titik ekivalen berwarna biru tua dengan pemakaian volume titran sebesar 6 mL. Kadar vitamin C yang terdapat pada sampel minuman pulpy orange 25 mL menhasilkan kadar vitamin C sebesar 211,2 %. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kadar vitamin C yang diperoleh dari sampel minuman kemasan yang mengandung asam askorbat 260 % dalam 350 mL dan hasil yang diperoleh 211,2 % dalam 25 mL, disamping itu pula terbentuk warna biru tua yang menandakan bahwa di dalam sampel minuman tersebut terdapat asam askorbat.









BAB V
PENUTUP

A.     Kesimpulan
  Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1.      Penentuan vitamin C dapat dilakukan dengan cara titrasi iodium.
2.      Kadar vitamin C yang didapatkan dari 25 mL sampel pulpy orange sebesar 211,2 %.

B.    Saran
Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya untuk praktikum selanjutnya sampel minuman pulpy orange yang digunakan dapat diganti dengan sampel buah yang mengandung vitamin C seperti jeruk atau apel agar dapat dibedakan kadar vitamin C yang terdapat pada sampel yang berbentuk olahan dan alami.


12

 











DAFTAR PUSTAKA

deMam M. John, Principles of Food Chemistry, terj. Kosasih Padmawinata, Kimia Makanan  Jakarta: ITB, 1989
HAM, Mulyono. Kamus Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006
Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Linder C. Maria, Department of Chemistry, terj. Maggy Aminuddin Parakkasi, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
Murray, K. Robert, Darlk.K. Granner dan Victor W. Rodwell. Harper’s Illustrated Biochemistry. Terj. Bram U. Pendit, Biokimia Harpen. Jakarta: Buku Kedokteran, 2011
Poedjiadi, Anna. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1984
Rahmi, Putri Agustina . Penetapan Kadar Vitamin C pada Buah Belimbing Wuluh Secara Iodimetri. (16 Desember 2012)
Winarno, F. G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000














LAMPIRAN
            Sampel vitamin C                                        Proses penyaringan
                    

      Sampel yang telah diimpitkan                                         Proses titrasi
                   
  
               Hasil titrasi simplo                                                         Hasil titrasi duplo
                   


[1]F. G Winarno. Kimia Pangan dan Gizi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000),
h. 119.
2Anna Poedjiadi, Dasar-dasar Biokimia  (Jakarta: UI-Press, 1984), h. 409.


[3]Anna Poedjiadi, lop. cit., h. 398.
[4]Ibid, h. 399.
[5]F. G. Winarno, op. cit., h. 131.
[6]Robert, K. Murray, Darlk.K. Granner, dan Victor W. Rodwell. Harper’s Illustrated Biochemistry. Terj. Bram U. Pendit, Biokimia Harpen.(Jakarta: Buku Kedokteran, 2011), h. 609.
[7]Maria C. Linder, Department of Chemistry, terj. Maggy Aminuddin Parakkasi, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme  (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006), h. 165.

[8]Puri Agustina rahmi, ‘’Penetapan kadar Vitamin C pada Buah Belimbing Wuluh Secara Iodimetri”, jurnal Kimia Indonesia.


[9]John M. deMan, Principles of Food Chemistry, terj. Kosasih Padmawinata, Kimia Makanan  (Jakarta: ITB, 1989), h. 411.
[10]Anna Poedjiadi,  op. cit., h. 410-411.

[11]Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 142.
[12]Mulyono HAM, Kamus Kimia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 16.
[13]Anna Poedjiadi, op. cit., h. 36.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar